Nurul Fitri Ramadhani
Dara Sevada
Noor Rizky Aulia
Fathia Syahriana
Wahyu Rosita Dewi
Muhammad Fadli
Aric Hilman
I.
TUJUAN
Untuk memberikan panduan tata cara pembuatan sediaan infus dan mengetahui
area kerja pembuatan sediaan steril serta melakukan evaluasi
II.
FORMULATION
Formula umum untuk sediaan infuse
R/
Lactic
acid 0.0024
ml
Sodium hydroxide 1.16 mg
Hydrochloric
acid dilute 0.00063 ml
Sodium
chloride 6.00 mg
Potassium
chloride 0.40 mg
Calcium
chloride dehydrate 0.27
Water for injection qs ml (1).
Formula Modifikasi
R/ Natrium Laktat 0.108
g
NaCl 4.189 g
KCl 0.2 g
CaCl2 0.14
g
Water for
injection 500 ml
III.
TANGGUNG
JAWAB
1.
Noor Rizki Aulia yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
prosedur tetap ini.
2.
Anisa Rahma selaku supervisor dalam pelaksanaan prosedur
tetap ini.
IV.
DEFINISI
Sediaan Injeksi Volume Besar
adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah
dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia.
Parenteral volume besar meliputi infus intravena, larutan irigasi, larutan
dialisis peritonal & blood collecting units with antikoagulant (2).
Definisi yang diperluas dari sediaan
parenteral volume besar adalah produk obat dengan pembawa air dalam bentuk
konterner dosis tunggal, disterilkan secara terminal dengan kapasitas 100
mililiter atau lebih, yang digunakan atau diberikan kepada manusia(3).
Persyaratan Infus Intravena :
a. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi
b. Bebas pirogen
c. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah
d. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar,
diameter fase dalam tidak lebih dari 5
e. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat
dapar
f. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis
bebas partikel
g. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus
homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase,
diameter globul fase terdispersi untuk infus intravena harus dinyatakan
h. Volume netto / volume terukur tidak kurang dari nilai
nominal
i. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal.
j. Penandaan :
Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena
untuk melengkapi cairan, makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol
sebagai diuretika osmotik, disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
Jika keterangan mengenai osmolalitas diperlukan dlm monografi masing-masing,
pada etiket hendaknya disebutkan kadar osmolar total dlm miliosmol per liter.
k. Memenuhi syarat injeksi. Kecuali dinyatakan lain,
syarat injeksi meliputi.(4)
Infus Ringer Laktat adalah larutan steril dari Kalsium
klorida, Kalium klorida, Natrium klorida dan Natrium laktat dalam Air untuk
injeksi. Tiap 100 ml mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih dari
315,0 mg natrium (sebagai NaCl dan C3H5NaO3), tidak kurang dari 14,1 mg dan
tidak lebih dari 17,3 mg kalium (K, setara dengan tidak kurang dari 27,0 mg dan
tidak lebih dari 33,0 mg KCL), tidak kurang dari 4,90 mg dan tidak lebih dari
6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan tidak kurang dari 18,0 mg dan tidak lebih
dari 22,0 mg CaCl2.2H20), tidak kurang dari 368.0 mg dan tidak lebih dari 408,0
mg klorida (Cl, sebagai NaCl, KCl dan CaCl2.2H20), dan tidak kurang dari 231,0
mg dan tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C3H5O3, setara dengan tidak kurang
dari 290,0 mg dan tidak lebih dari 330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi Ringer laktat
tidak boleh mengandung bahan antimikroba
Pemerian bahan :
Sodium Laktat
·
Kelarutan : Larut dalam air, alkohol dan gliserol. Praktis tidak larut dalam
kloroform, eter dan minyak.
·
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
·
OTT : Dengan Novobiosin sodium, Oksitetrasiklin
HCl, Sodium Bikarbonat, Sodiumkalsiumedetat dan Sulfadialin sodium
·
KontraIndikasi : Pada penderita gangguan fungsi
hati.
·
pH : 5-7
·
E Sodium laktat : 0.55 (4).
NaCl
(Natrium klorida)
- Rumus
molekul : NaCl
- Bobot
molekul : 58,44
- Pemerian :
Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g
setara dengan 17,1 mmol NaCl.
- 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
- Kelarutan :
1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
- Sterilisasi
: Autoklaf atau filtrasi
- Stabilitas :
Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas
- pH : 4,5
–7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3
- OTT : logam
Ag, Hg, Fe
- E NaCl : 1
- Kesetaraan E
elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
- Konsentrasi/dosis
: lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5% dalam 100ml
selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145
mEq/L.
- Khasiat/kegunaan
: Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
- Efek samping : Keracunan NaCl
disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan hipernatremia yang
memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang sering
terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan
lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal,
sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.
- Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit
hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
- Farmakologi : berfungsi untuk mengatur
distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik
cairan tubuh(4).
CaCl2
§
Pemerian : Granul atau serpihan, putih, keras, tidak berbau.
§
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam etanol mendidih,
sangat mudah larut dalam air panas.
§
pH : 4,5 – 9,2 (5% larutan air)
§
OTT : karbonat, fosfat, sulfat, tartrat, sefalotin sodium, CTM dengan
tetrasiklin membentuk kompleks
§
Stabilitas : Injeksi kalsium dilaporkan inkompatibel dengan larutan IV yang
mengandung banyak zat aktif.
§
Kegunaan : Untuk mempertahankan elektrolit tubuh, untuk hipokalemia,
sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh untuk mencegah kekurangan ion
kalsium yang menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
§
Sterilisasi : autoklaf
§
Kesetaraan equivalent elektroit :
§
1 g CaCl2 ≈13,6 mEq Ca++
§
Ekuivalensi : 0,51
§
Farmakologi : penting untuk fungsi integritas dari saraf musular, sistem
skeletal, membran sel dan permeabilitas kapiler
KCl
§
Pemerian : Kristal atau serbuk kristal putih atau tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa atau berasa asin.
§
Kelarutan : Larut dalam air, sangat mudah larut dalam air panas, praktis
tidak larut dalam eter, etanol dan alkohol.
§
pH : 4-8
§
Konsentrasi : 2,5-11,5%
§
Dosis : konsentrasi kalium pada rute iv tidak lebih dari 40 mEq/L dengan
kecepatan 20 mEq/jam ( untuk hipokalemia). Untuk mempertahankan konsentrasi
kalium pada plasma 4 mEq/L ( DI 2003 hal 1410). K+ dalam plasma = 3,5-5 mEq/L (
steril dosage form hal 251)
§
Stabilitas : Stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat
sejuk dan kering.
§
Kegunaan : Biasa digunakan dalam sediaan parenteral sebagai senyawa
pengisotonis.
§
OTT : Larutan KCl IV inkompatibel dengan protein hidrosilat, perak dan
garam merkuri.
§
Sterilisasi : Dengan autoklaf atau filtrasi.
§
Kesetaraan equivalent elektrolit :
§
1 g KCl ≈ 13,4 mEq K+
§
Ekuivalen : 0,76
Aqua Pro Injeksi
§
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
§
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
§
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
§
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat
tambahan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan (4).
V.
PELAKSANAAN
Metode :
Metode sterilasi yang digunakan yaitu metode
sterilisasi panas basah dan metode sterilisasi kering.Metode sterilisasi panas
basah yaitu dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121 º C selama 15 menit
dan untuk sterilisasi kering dengan menggunakan oven pada suhu 170 º C selama
30 menit.
Bahan
dan Alat :
Bahan :
1.
Na. Lactate
2.
NaCl
3.
KCl
4.
CaCl
5.
Water
For injection (WFI)
Alat :
1.
Kaca arloji
2.
Batang pengaduk
3.
Cawan porselen
4.
Gelas ukur
5.
Pipet tetes
6.
Corong
7.
Kertas saring
8.
Kapas
9.
Erlenmeyer
10. Gelas
beker
11. Botol
infus
12.
Pinset
Prosedur
kerja :
1.
Sterilisasi alat :
Sterilisasi
alat :
Nama Alat
|
Jumlah
|
Cara sterilisasi
|
Waktu
|
Pinset logam
|
1
|
Oven 170ºC
|
30 menit
|
Batang pengaduk
|
1
|
Oven 170ºC
|
30 menit
|
Kaca arloji
|
2
|
Oven 170ºC
|
30 menit
|
Cawan porselen
|
1
|
Oven 170ºC
|
30 menit
|
Gelas ukur
|
2
|
Autoclave 121ºC
|
15 menit
|
Pipet tetes tanpa karet
|
2
|
Autoclave 121ºC
|
15 menit
|
Karet pipet
|
2
|
Rebus
|
30 menit
|
Corong gelas dan kertas saring lipat
|
1
|
Autoclave 121ºC
|
15 menit
|
Kapas
|
|
Autoclave 121ºC
|
15 menit
|
Erlenmeyer
|
3
|
Autoclave 121ºC
|
15 menit
|
Gelas beker
|
2
|
Autoclave 121ºC
|
15 menit
|
Botol infus
|
1
|
oven 170ºC
|
15 menit
|
2.
Penimbangan bahan formulasi
Bahan
|
Jumlah yang ditimbang (g)
|
Na. Lactate
|
0.108
|
NaCl
|
4.189
|
KCl
|
0.2
|
CaCl
|
0.14
|
Water For injection
|
500 ml
|
3.
Perhitungan
Pembuatan sediaan
infus
KCl = 0.2 g/500 ml
= 0.049/100 ml
= 0.04 % X 0.76
= 0.0304 g/100 ml
CaCl = 0.14 g/500 ml
= 0.028/100 ml
= 0.028 % X 0.70
= 0.0196 g/100 ml
Na. Lactate = 0.108 g/500 ml
= 0.021/100 ml
=
0.021 % X 0.58
=
0.0122 g/100 ml
NaCl yang ditambahkan :
NaCl = 0.9 – (0.0304+0.0196+0.0122)
= 0.8378
g/ 100ml
= 4.189 g/ 500 ml
Volume infus 500 ml
·
Dilebihkan 2% -> apabila sediaan lebih dari 50 ml
·
Lalu dilebihkan 10% -> saat pesterilan
·
Volume infus 1 botol
500 ml
Volume setelah
ditambahkan 2% = 500 ml + (2% X 500ml)
= 500 ml + 10 ml
= 510 ml
Volume total untuk antisipasi 10%
Volume total = 510 ml + 10%
= 510 ml + 51 ml
= 561 ml
Pembuatan Larutan infus Ringer Lactate :
1. Larutan pertama,
dilarutkan Na. Lactate dengan WFI secukupnya hingga larut
2. Larutan kedua,
dilarutkan CaCl dan KCl dengan WFI hingga larut
3. Campurkan kedua
larutan (larutan 1 dan larutan 2)
4. di tambahkan NaCl
5. Disaring menggunakan
kertas saring
6. Cek pH larutan antara 3 – 5 (tanpa dapar), jika kurang
asam ditambah HCl 0,1 N sedangkan bila kurang basa ditambah NaOH 0,1 N
5. Tambahkan sisa WFI
6. Gojog larutan hingga
homogen
7. masukkan larutan
kedalam alat vacum penyaring
8. Masukan larutan dalam
wadah yang sesuai, kemudian ditutup kedap
9. Perikasa larutan
terhadap :
a. Kebocoran
b. Partikel asing
c. Kejernihan
10. Beri etiket
Evaluasi :
- Penetapan pH .
Harga ph
adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (ph meter) yang sesuai
,yang telah dibakukan sebagaimana mestinya ,yang mampu mengukur harga ph sampai
0,02 unit ph menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion
hidrogen ,elektrode kaca dan elektrode pembanding yang sesuai seperti elektrode
kalomel atau elektrode perak-perak klorida.
Alat harus
mampu menunjukkan potensial dari pasangan elektrode dan untuk pembakuan ph
menggunakan potensial yang dapat diatur ke sirkuit dengan
menggunakan”pembakuan”, “nol”,”asometri”, atau “kalibrasi”, dan harus mampu
mengontrol perubahan dalam milivolt per perubahan unit pada pembacaan ph
melalui kendali “suhu” dan atau kemiringan.Pengukuran dilakukan pada suhu 25ᵒ ±
2ᵒ ,kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.Jika ph larutan yang
diukur mempunyai komposisi yang cukup miring dengan larutan dapar yang
digunakan untuk pembakuan ,ph yang diukur mendekati ph teoritis.Keasaman dapat
diukur saksama menggunakan elektrode dan instrumen yang dibakukan (4).
- Uji Kejernihan Larutan
Lakukan
penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm – 25 mm, tidak
berwarna,tidak transparan,dan terbuat dari kaca netral.Masukkan ke dalam dua
tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan suspensi pandanan yang sesuai
secukupnya,yang dibuat segar dengan cara seperti tertera dibawah,sehingga
volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.Bandingkan kedua
isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspensi pandanan,dengan latar belakang
hitam.Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi ,tegak lurus ke arah
bawah tabung.Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi pandanan I
dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi pandanan II.
Baku opalesen larutkan 1,0 gram hidrazina sulfat P dalam
air secukupnya hingga 100,0 ml,biarkan selama 4 jam hingga 6 jam.Pada 25,0 ml
larutan ini ditambahkan larutan 2,5 gram heksamina P dalam 25,0 ml air,campur
dan biarkan selama 24 jam.Suspensi ini stabil selama 2 bulan jika disimpan
dalam wadah kaca yang bebas dari cacat permukaan.Suspensi tidak boleh menempel
pada kaca dan harus dicampur dengan baik sebelum digunakan.
Untuk membat baku opalesen,encerkan 15,0 ml suspensi dengan air hingga 1000 ml. Suspensi harus digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.
Untuk membat baku opalesen,encerkan 15,0 ml suspensi dengan air hingga 1000 ml. Suspensi harus digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.
Suspensi pandanan ,buatlah suspensi pandanan I sampai dengan
suspensi pandanan IV dengan cara seprti yang tertera pada tabel.Masing-masing
suspensi harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.
Pernyataan kejernihan dan derajat opalesen suatu cairan dinyatakan jernih jika
kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila di amati dibawah
kondisi seperti tersebut diatas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari
suspensi pandanan I.Persyaratan untuk derajat opalesensi dinyatakan dalam
suspensi pandanan I,II,III (3).
Pada
pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk
produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih
panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%.
Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru etilen akan dimasukkan
kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut. Cara
ini tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal
disterilkan terbalik, jika ada kebocoran maka larutan ini akan keluar dari
dalam wadah. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus
diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut ke dalam eksikator yang
divakumkan. Jika ada kebocoran akan diserap keluar (5).
d. Pengemasan dan Penyimpanan :
Pengemasan :
Menggunakan kaca atau plastik terutama tipe I atau tipe II
Penyimpanan :
Dalam wadah dosis tunggal, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk
VI. PEMBAHASAN
Sterilisasi adalah suatu
proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak.Sterilisasi
harus dapat membunuh jasad renik yang palinga tahan panas yaitu spora bakteri.
Sterilisasai adalah tahap awal yang penting dari proses
pengujian mikrobiologi. Sterilisasiadalah suatu proses penghancuran secara
lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya. Ada 5 metode umum sterilisasi yaitu :
• Sterilisasi uap (panas lembap)
• Sterilisasi panas kering
• Sterilisasi dengan penyaringan
• Sterilisasi gas
• Sterilisasi dengan radiasi (11).
Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana
masing-masing zona memiliki spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi
:
a.
Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak
dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk kepentingan tertentu ada
beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia
(suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool
room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
b.
Black area
Area ini disebut juga area kelas E.
Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang
menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas
dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian
black area (dengan penutup kepala)
c.
Grey area
Area ini disebut juga area kelas D.
Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk
non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi
(ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang.
Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning
(pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi
ruang ganti pakaian grey dan airlock.
d.
White area
Area ini disebut juga area kelas C, B
dan A (dibawah LAF). Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang
digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk
produksi steril ,background ruang filling , laboratorium
mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area
ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas
partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang
ganti pakaian white dan airlock.
Airlock berfungsi
sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda
untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan
lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB,
ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki
persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air
change rate.
Tabel pembagian kelas ruangan berdasarkan jumlah partikel
Hygine Zoning
|
Kelas
|
Jumlah partikel/m3
|
|||
At rest
|
In Operational
|
||||
0,5 (µm)
|
5,0 (µm)
|
0,5 (µm)
|
5,0 (µm)
|
||
A
|
100
|
≤ 3.520
|
≤ 20
|
≤ 3.520
|
≤ 20
|
B
|
100
|
≤ 3.520
|
≤ 29
|
≤ 352.000
|
≤ 2.900
|
C
|
10.000
|
≤ 352.000
|
≤ 2.900
|
≤ 3.520.000
|
≤ 29.000
|
D
|
100.000
|
≤ 3.520.000
|
≤ 29.000
|
NS
|
NS
|
E1
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
NS
|
E2
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
NS
|
E3
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
NS
|
Hygine Zoning
|
Class
|
Limit for Microbial contamination (In
operation)
|
||
Air sample (cfu/m3)
|
Settle plates diam. 90mm (cfu/4 hours)
|
Glove print, 5 fingers (cfu/glove)
|
||
A
|
100
|
< 1
|
< 1
|
< 1
|
B
|
100
|
10
|
5
|
5
|
C
|
10.000
|
100
|
50
|
NS
|
D
|
100.000
|
200
|
100
|
NS
|
E1
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
E2
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
E3
|
UC
|
NS
|
NS
|
NS
|
Keterangan : UC =
Unclassified
NS=No Specification
Kondisi at rest yaitu kondisi dimana tidak ada operator yang beraktivitas di dalam ruangan, mesin dalam kondisi beroperasi, sedangkan kondisi in operational yaitu kondisi dimana ada operator yang sedang bekerja di dalam ruangan dan kondisi mesin sedang beroperasi (12).
Kondisi at rest yaitu kondisi dimana tidak ada operator yang beraktivitas di dalam ruangan, mesin dalam kondisi beroperasi, sedangkan kondisi in operational yaitu kondisi dimana ada operator yang sedang bekerja di dalam ruangan dan kondisi mesin sedang beroperasi (12).
Infus
merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai fase
kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah.Prinsipnya infus dimaksudkan
untuk pemberian dalam volume yang besar.Infus tidak mengandung tambahan berupa
pengawet antimikroba.Larutan untuk infus, diperiksa secara visible pada kondisi
yang sesuai, adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel.Emulsi pada
infus tidak menujukkan adanya pemisahan fase.
Tujuan Pemberian Infus ;
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh
yang mengandung air, elektrolit,vitamin,
protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuatmelalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan
asam basa
3. Memperbaiki volume
komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk
pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekan Vena
Central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada
saat system pencernaan di istirahatkan
Rute
pemakaian secara intravena diindikasikan untuk keadaan :
1.
Obat tidak dapat diabsorpsi secara oral
2.
Terjadinya absorpsi yang tidak teratur setelah penyuntikan secara intramuskular
3.
Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan
4.
Perlunya respon yang cepat
5.
Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara oral.
6.
Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak praktis
7.
Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya cairan pembawa
8.
Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan harus diinfus secara terus
menerus
9.
Diperlukan perbaikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
10.
Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena
Keuntungan
pemberian secara intravena :
1.
Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan
gawat.
2.
Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan
baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui
oral.
3.
Penyerapan dan absorbsi dapat diatur(9).
Beberapa kemungkinan terjadinya
kerugian dalam pembuatan infus seperti :
1.
Emboli udara
2.
Inkompatibilitas obat
3.
Hipersensitivitas
4.
Infiltrasi atau ekstravasasi
5.
Sepsis
6.
Thrombosis atau phlebitis
7.
Kerugian yang lain:
a.
Pemakaian
sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien.
b.
Obat
yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi.
c.
Lebih
mahal daripada bentuk sediaan non sterilnya karena lebih ketatnya persyaratan
yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis bebas partikel)(9).
Contoh infus dipasaran :
1.
Infus
Ringer Laktat (RL)
Cara Kerja Obat : infuse
Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa
dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari
plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di
plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi
untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan.
Indikasi : mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer
laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis
metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia,
kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya
paru-paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not
for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian pada
penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function &
pre-eklamsia.
2.
INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
isi dari sediaan infus intravena kalsium glukonat yaitu larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
isi dari sediaan infus intravena kalsium glukonat yaitu larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
3. INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida) yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari unit monomer atau bahan pembangun.
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh: Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin, serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan hormon pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida) yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari unit monomer atau bahan pembangun.
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh: Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin, serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan hormon pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.
Evaluasi yang dilakukan adalah pH,kebocoran,dan
kejernihan.Uji ph dilakukan dengan ph meter sebanyak 3x replikasi dengan hasil
yaitu : 5,24 ; 5,25 ; 5,30.Hasil dari evaluasi kebocoran yaitu terjadinya
kebocoran dikarenakan menutupnya kurang rapat.Dan yang terakhir evaluasi
kejernihan dengan dilihat dilatar belakang hitam dan hasil dari sediaan infus
yang dibuat jernih,tidak ada partikel bebas yang melayang.
Tujuan utama pengaturan ph dalam sediaan injeksi adalah
untuk mempertinggi stabilitas,sehingga obat-obat tersebut tetap mempunyai
aktivitas dan potensi.Evaluasi ph perlu dipertimbangkan,karena jika ph tidak
tepat maka menyebabkan :
1.
Berpengaruh pada tubuh terutama darah
2.
Berpengaruh pada kestabilan obat
3.
Berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas,plastic,dan
tutup karet
Ph darah normal
adalah 7,35 – 7,45 sehingga bila sediaan parenteral volume besar mempunyai ph
di luar batas tersebut akan menyebabkan masalah pada tubuh.Jika larutan
menggunakan dapar,maka ph sebaiknya berkisar 5,5 - 7,5 sedangkan pada larutan yang tidak
menggunakan dapar dengan rentang ph 3 – 5.Dalam praktikum ini kami tidak
menggunakan larutan dapar,dan didapat hasil yang termasuk dalam kriteria
tepat.Bahan-bahan yang digunakan yaitu Na laktat sebagai zat aktif,CaCl2 sebagai
pengisotonis dan elektrolit,KCl dan NaCl sebagai elektrolit sedangkan water for
injetion sebagai bahan pembawa.
VII. KESIMPULAN
Praktikan dapat
membuat sediaan infus ringer laktat dengan metode sterilisasi panas basah dan
kering dengan hasil uji evaluasi yang baik jika dilihat dari parameter
ph,kebocoran dan kejernihan.
VIII. LAMPIRAN
Semua literatur yang digunakan.
IX. ACUAN/REFERENSI PROSEDUR TETAP
1. Niazi,
S.K., 2004, Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Formulations : Sterile
Products, CRC Press, United States of America
2. Lachman, Leon. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), 1989.
3. Agoes, Goeswien, 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB
4. Anonim, 1995, Farmakope
Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta
5. Sinko, Patrick J., 2006, Farmasi Fisika dan Ilmu Farmesetika,
Edisi 5, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Lukas, S., 2006. Formulasi Steril. C.V.
Yogyakarta
7. American Pharmeceutical Asosiation, 1994, Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi V, London : The
Pharmaceutical Press.
8. Anief, Moh. Ilmu Meracik
Obat. 2004. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
9.
Ansel, Howard C. 1989.Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI-Press.
10. Voight, 1994, Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi, edisi V, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
11.
Fardiaz, Srikandi. 1992.Mikrobiologi
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.PAU Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor,Bogor.
12. Anonim, 2012, Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Benar (CPOB), BPOM, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar