Senin, 06 Mei 2013

PEMBUATAN TETES MATA ZINK SULFAT


Nurul Fitri Ramadhani
Dara Sevada
Noor Rizky Aulia
Fathia Syahriana
Wahyu Rosita Dewi
Muhammad Fadli
Aric Hilman

I.             TUJUAN
Untuk memberikan panduan tata cara pembuatan sediaan tetes mata dan mengetahui area kerja pembuatan tetes mata beserta evaluasinya.

II.          FORMULATION
              Formula umum untuk sediaan tetes mata
              R/     Zink Sulphate               2,875 mg
                       Ammonia buffer          qs
                       Disodium EDTA          0,1 %
                       Water For injection       50 ml (1)

              Formulasi Modifikasi :
              R/     Zink Sulphate               2,875 mg
                       PVP                              2 %
                       Benzalkonium klorida    0,01 %
                       Water For injection       10 ml
                      
III.       TANGGUNG JAWAB
1.      Nurul Fitri R. yang bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur tetap ini.
2.      Siskawati selaku supervisor dalam pelaksanaan prosedur tetap ini.

IV.        DEFINISI
            Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata(2). Larutan obat mata adalah larutan steril , bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata(3).
Tetes mata harus memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan yaitu :
- Steril 
- Sedapat
mungkin isohidris 
- Sedapat mungkin isotonis
-  Larutan jernih 
-  Bebas partikel asing, benang dan serat
(4).
            Sediaan untuk mata terdiri dari bermacam-macam tipe produk yang berbeda. Sediaan ini bisa berupa larutan (tetes mata/pencuci mata), suspensi/salep kadang-kadang injeksi mata digunakan dalam kasus khusus. Sediaan mata sama dengan sediaan steril lainnya yaitu harus steril dan bebas dari bahan partikalat. Dengan pengeculian tertentu dari injeksi mata, sediaan untuk mata adalah bentuk sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal dan karena itu tidak perlu bebas pirogen(5).

               Pemerian Bahan :
a.          Zinc Sulfat (ZnSO4.7H2O)
Pemerian : hablur transparan atau serbuk hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa sepat dan mirip logam, sedikit merapuh.(1)Hablur transparan atau jarum-jarum kecil;serbuk hablur atau butir;tidak bewarna;tidak berbau;larutan memberikan reaksi asam terhadap lakmus(2).
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol, (95%)p, mudah larut dalam gliserol p.(1).
Inkompatibilitas :
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.(1)
Khasiat         : adstringen.(1)
b.         PVP
Pemerian : warna putih sampai krem, rasa pahit, tidak berbau, serbuk (higroskopis)
Kelarutan : praktis larut dalam asam, kloroform, etanol, methanol, keton dan air. Praktis todak
larut dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral.
Titik lebur : 160-186°C
Ukuran partikel : 90 : 90% > 200µm, 95% > 250µm, 25/30 : 90% > 50µm, 50% > 100µm, 5% >                200µm.
Titik lebur/ titik didih : 150°C
Bobot jenis : 1,180
Ph : 3-7 (5% b/v)
Stabilitas : stabil pada suhu 110-130c, mudah terurai dengan adanya udara dari luar, dapar
bercampur dengan air, stabil bila disimpan ditempat kering.
Inkompabilitas: jika ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa kompleks, kompatibel
terhadap gerak organic alam, resin sintetik dari senyawa lainnya, akan terbentuk senyawa sulfathiazole, sodium salisilat, fenol barbital, dan komponen lainnya(6).
c.          Benzalkonium klorida
Campuran alkalimetilbenzilamonium klorida dengan rumus (C6H5CH2N(CH3)2R+) Cl- yaitu
campuran alkali dari C8H37 dapat mengandung tidak lebih dari 1,5% natrium klorida.
Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidka lebih dari 103,0% (C6H5CH2N(CH3)2R+) Cl-.
Bobot molekul rata-rata 360,0 di hitung terhadap zat organic anhidrat.
Pemerian : gulir tebal atau potongan seperti gelatin warna putih atau putih kekuningan, bau
aromatic, rasa sangat pahit, larut dalam air jika dikocok berbusa kuat dan beraksi hampir netral
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) p dan dalam aseton p, zat anhidrat
agak sukar larut dalam eter p dan mudah larut dalam benzene p.
Ph : 5-8 (untuk 10% larutan)
Stabilitas : higroskopis
Fungsi : pengawet(7).
d.         Water for Injection
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan(3).

V.           PELAKSANAAN
               Metode :   Metode sterilasi yang digunakan yaitu metode sterilisasi panas basah dan metode sterilisasi kering. Metode sterilisasi panas basah yaitu dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121 º C selama 15 menit dan untuk sterilisasi kering dengan menggunakan oven pada suhu 170 º C selama 30 menit.
         Bahan dan Alat :  
         Bahan : 1. Zink Sulfat
2. Benzalkonium klorida
3. PVP
4. Water for injection
Alat
1.   Kaca arloji
2.    Batang pengaduk
3.    Cawan porselen
4.    Gelas ukur
5.    Pipet tetes
6.    Corong
7.    Kertas saring
8.    Kapas
9.    Erlenmeyer
10.      Gelas beker
11.      Ampul

               Prosedur kerja
1.      Sterilisasi alat:
Nama Alat
Jumlah
Cara sterilisasi
Waktu
Pinset logam
1
Oven 170 ᵒ C
30 menit
Batang pengaduk
1
Oven 170 ᵒ C
30 menit
Kaca arloji
2
Oven 170 ᵒ C
30 menit
Cawan porselen
1
Oven 170 ᵒ C
30 menit
Gelas ukur
2
Autoclave 121ᵒ C
15 menit
Pipet tetes tanpa karet
2
Autoclave 121ᵒ C
15 menit
Karet pipet
2
Rebus
30 menit
Corong gelas dan kertas saring lipat
1
Autoclave 121ᵒ C
15 menit
kapas

Autoclave 121ᵒ C
15 menit
erlenmeyer
3
Autoclave 121 ᵒ C
15 menit
Gelas beker
2
Autoclave 121ᵒ C
15 menit
ampul
1
Autoclave 121ᵒ C
15 menit


2.      Penimbangan bahan formulasi

Bahan
Jumlah (g/10 ml)
Zink sulfat
0,0046 g
PVP
0,02 g
Benzalkoniumklorida
0,0018 g
NaCl
0, 87728 g


3.      Perhitungan
-          Zink sulfat  = 2,875 mg/ 10 ml
                  = 28,75 / 100 ml
                  = 0,02875 %
E0,5 % = 0,16 X 0,02875 = 0,0046 g

-          PVP = 2 %
E2%  = 0,01
                            = 0,01 X 2 = 0,02 g

-          Benzalkonium klorida 0,01 %
E0,5 % = 0,18 X 0,01
         = 0,0018 g
NaCl yang ditambahkan agar isotonis = 0,9 – (0,0046 + 0,02 + 0,0018 )
                                                                          = 0, 8736 g

Penimbangan bahan (semua bahan dilebihkan 5 %)

-          Zink sulfat       = (0,0046 X 5 %) + 0,000046
= 0,00483 g

-          PVP    = 0,02 X 5 % = 0,001
= 0,02 + 0,001
= 0,021 g

-          Benzilkonium klorida = 0,0018 X 5 % = 0,00009
= 0,0018 + 0,00009
= 0,00189 g

-          WFI = 10 – (0,00483 + 0,021 + 0,00189)
        = 9,97228







4.      Pembuatan sediaan tetes mata
a.  Pembuatan larutan zink sulfat


PVP dilarutkan dalam air secukupnya
 





Zink Sulfat dilarutkan dalam PVP + NaCl + Benzalkonium Klorida
 

Sebelum diadd 10 ml, diuji pH terlebih dahulu baru dimasukan WFI
 








5.                         Evaluasi
a.                Penetapan pH .  
Harga ph adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (ph meter) yang sesuai ,yang telah dibakukan sebagaimana mestinya ,yang mampu mengukur harga ph sampai 0,02 unit ph menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen ,elektrode kaca dan elektrode pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida.
Alat harus mampu menunjukkan potensial dari pasangan elektrode dan untuk pembakuan ph menggunakan potensial yang dapat diatur ke sirkuit dengan menggunakan”pembakuan”, “nol”,”asometri”, atau “kalibrasi”, dan harus mampu mengontrol perubahan dalam milivolt per perubahan unit pada pembacaan ph melalui kendali “suhu” dan atau kemiringan.Pengukuran dilakukan pada suhu 25ᵒ ± 2ᵒ ,kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.Jika ph larutan yang diukur mempunyai komposisi yang cukup miring dengan larutan dapar yang digunakan untuk pembakuan ,ph yang diukur mendekati ph teoritis.Keasaman dapat diukur saksama menggunakan elektrode dan instrumen yang dibakukan (6).
b.                  Uji Kejernihan Larutan 
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm – 25 mm, tidak bewarna,tidak transparan,dan terbuat dari kaca netral.Masukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan suspensi pandanan yang sesuai secukupnya,yang dibuat segar dengan cara seperti tertera dibawah,sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspensi pandanan,dengan latar belakang hitam.Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi ,tegak lurus ke arah bawah tabung.Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi pandanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi pandanan II.
Baku opalesen larutkan 1,0 gram hidrazina sulfat P dalam air secukupnya hingga 100,0 ml,biarkan selama 4 jam hingga 6 jam.Pada 25,0 ml larutan ini ditambahkan larutan 2,5 gram heksamina P dalam 25,0 ml air,campur dan biarkan selama 24 jam.Suspensi ini stabil selama 2 bulan jika disimpan dalam wadah kaca yang bebas dari cacat permukaan.Suspensi tidak boleh menempel pada kaca dan harus dicampur dengan baik sebelum digunakan.
Untuk membat baku opalesen,encerkan 15,0 ml suspensi dengan air hingga 1000 ml.Suspensi harus digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.
Suspensi pandanan ,buatlah suspensi pandanan I sampai dengan suspensi pandanan IV dengan cara seprti yang tertera pada tabel.Masing-masing suspensi harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.
Pernyataan kejernihan dan derajat opalesen suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila di amati dibawah kondisi seperti tersebut diatas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari suspensi pandanan I. Persyaratan untuk derajat opalesensi dinyatakan dalam suspensi pandanan I,II,III (6).
C.         Uji Kebocoran  
Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru etilen akan dimasukkan kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan diserap keluar (3).

6.   Pengemasan dan Penyimpanan           
Pengemasan     : Menggunakan ampul berwarna coklat
Penyimpanan   : Dalam wadah kaca atau plastic tertutup kedap dan dilengkapi dengan penetes.      



VI.        PEMBAHASAN
         Tujuan dari percobaan ini adalah Untuk memberikan panduan tata cara pembuatan sediaan tetes mata dan mengetahui area kerja pembuatan tetes mata beserta evaluasinya.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak.Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang palinga tahan panas yaitu spora bakteri.
Sterilisasai adalah tahap awal yang penting dari proses pengujian mikrobiologi. Sterilisasiadalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya.
Ada 5 metode umum sterilisasi yaitu :
• Sterilisasi uap (panas lembap)
• Sterilisasi panas kering
• Sterilisasi dengan penyaringan
• Sterilisasi gas
• Sterilisasi dengan radiasi (7).
Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona memiliki spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi :
a.            Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
b.         Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala)
c.          Grey area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang.  Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.




d.         White area
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril ,background ruang filling , laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock.
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate.
Tabel pembagian kelas ruangan berdasarkan jumlah partikel
Hygine Zoning
Kelas
Jumlah partikel/m3
At rest
In Operational
0,5 (µm)
5,0 (µm)
0,5 (µm)
5,0 (µm)
A
100
≤ 3.520
≤ 20
≤ 3.520
≤ 20
B
100
≤ 3.520
≤ 29
≤ 352.000
≤ 2.900
C
10.000
≤ 352.000
≤ 2.900
≤ 3.520.000
≤ 29.000
D
100.000
≤ 3.520.000
≤ 29.000
NS
NS
E1
UC
NS
NS
NS
NS
E2
UC
NS
NS
NS
NS
E3
UC
NS
NS
NS
NS











Hygine Zoning
Class
Limit for Microbial contamination (In operation)
Air sample (cfu/m3)
Settle plates diam. 90mm (cfu/4 hours)
Glove print, 5 fingers (cfu/glove)
A
100
< 1
< 1
< 1
B
100
10
5
5
C
10.000
100
50
NS
D
100.000
200
100
NS
E1
UC
NS
NS
NS
E2
UC
NS
NS
NS
E3
UC
NS
NS
NS

Keterangan :    UC = Unclassified
NS = No Specification
Kondisi at rest yaitu kondisi dimana tidak ada operator yang beraktivitas di dalam ruangan, mesin dalam kondisi beroperasi, sedangkan kondisi in operational yaitu kondisi dimana ada operator yang sedang bekerja di dalam ruangan dan kondisi mesin sedang beroperasi (8).
Syarat obat tetes mata:
1. Steril atau tidak terdapat kuman.
Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri.
2. Kejernihan ( bebas atau miskin bahan melayang)
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya jenaer fritten dengan ukuran pori G3- G5.
3. Pengawet
Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal, maka obat tetes mata harus diawetkan. Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0,002%), garam fenil merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin (0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%).


4. Tonisitas
Sediaan tetes mata sebaknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril.
5. Pendaparan
Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukkan kapasitas dapar tertentu. Yang sedikit lebih rendah oleh karena sisem yang terdapat pada darah seprti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer-sekunder, juga dimilikinya kecuali system –hemoglobin- oksi hemoglobin. Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat meningkatnya sampai harga pH 8-9. Pada pemakaian tetes biasa yang yari tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan harga pH 7,3-9,7. Daerah pH dari 5,5-11,4 masih dapat diterima. Tetes mata didapar agar dasar beberapa alasan yang sangat berbeda(9).
Sediaan tetes mata harus memenuhi syarat-syarat diatas karena sterilisasi merupakan persyaratan paling penting. Larutan oftalmik yang dibuat secara tidak tepat dapat mengandung bermacam organism, dan yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeroginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menimbulkan kebutaan. Oleh sebab itu, sangat berbahaya untuk meneteskan produk tidak steril ke dalam mata apabila kornea mengalami pengikisan, misalnya karena penggosokan mata, menyebabkan rasa kurang menyenangkan kepada pasien, dan karena itu perlu di eliminasi (kecuali sediaan suspense). Selain itu, kehilangan penglihatan dan kerusaka dapat pula disebabkan oleh produk oftalmik local. Organism Pseudomonas dapat bertahan hidup dalam kontener uang di autoklaf (sterilisasi) dan dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dan ifeksi. FDA dapat menekan betapa seriusnya risiko yang ditimbulkan oleh produk obat mata yang seharusnya steril tetapi tidak steril. Dua kasus terakhir mengenai kebutaan dan kerusakaan mata disebabkan oleh aplikasi produk sediaan oftalmik dari industry. Oleh sebab itu, panduan tentang pembuatan sediaan obat mata steril ini harus betul-betul ditaati. Dengan kepedulian dan pelatihan, farmasis dapat membuat larutan obat mata secara “extempore” dengan hasil yang sangat memuaskan dari segala aspek (terutama sterilitas)(10).
Sediaan tetes mata juga bisa selain larutan seperti suspensi. Larutan tetes mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavalaibilitas dan kemudahan penanganan. Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya. Sedangkan kerugian dari sediaan ini Kapasitas volume yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka jika terdapat larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavitu lalu masuk ke jalur-blok GI menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan. Misalnya untuk perawatan glaucoma dapat menjadi masalah bagi pasien gangguan jantung atau asma bronchial dan Kornea atau rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada retina dan iris relative non permeable sehingga umumnya sediaan untuk mata adalah efeknya local/ topical(11).

Obat-obat yang dapat dibuat sebagai tets mata antara lain :
1.      Antibakteri
Kloramfenikol, Siprofloksasin, Gentamisin, Fusidic acid, Levofloksasin, Ofloksasin, Neomisin sulfat, Propamidin isetionat.
2.      Antiinflamasi
               a. Kortikosteroid
Betamethason, Deksamethason, Fluorometholon, Hidrokortison asetat, Loteprednol etabonat, Prednisolon, Rimeksolon
b. Sediaan antiinflamasi lainnya
Antazolin sulfat, Azelastin hidroklorida, Emedastin, Epinastin hidroklorida, Ketotifen, Lodoxamid,Nedokromil sodium, Olopatadin, Sodium Cromoglicate
3.      Mydiatrics dan cycloplegics
a. Antimuskarini
Atropin sulfat, Siklopentolat hidroklorida, Homatropin hidrobromida, Tropicamida
b. Simpatomimetik
Fenilefrin hidroklorida,
4.     Terapi glaukoma
a. Beta bloker
Betaksolol hidroklorida, Carteolol hidroklorida, Levobunolol hidroklorida, Metipranolol, Timolol maleat
b. Analog prostaglandin
Bimatoprost, Latanoprost, Travoprost
c. Simpatomimetik
Brimonidin tartrat, Dipivefrin hidroklorida
d. Carbonic Anhidrase Ionic dan obat-obat sistemik
Dorzolamid, Brinzolamid
e. Miotik
Pilokarpin

5. Anestesi lokal
Lidokain hidroklorida, Oksibuprokain hidroklorida, Proksimetakain hidroklorida, Tetrakain hidroklorida(12).
  
   Indikasi sari tetes mata zink sulfat ini digunakan untuk Mata merah karena radang atau infeksi seperti conjunctivitas, cornitis maupun karena iritasi oleh debu dan asap. Digunakan juga untuk mata yang selalu berair dan sebagai penyejuk mata. Pada pembuatan sediaan tetes mata biasanya digunakan dapar fosfat dan sitrak. Dari percobaaan yang kami lakukan, dilakukan evaluasi pada uji kebocoran, kejernihan, dan pH. Pada uji pH rata-rata pH yang kami dapatkan berkisar antara 11, 5sampai 12, hal ini tidak sesuai dengan pH yang seharusnya (7,4) dikarenakan pembuatan tetes mata ini tidak menggunakan dapar sehingga bisa mempengaruhi PH tersebut, selain itu masing-masing bahan juga memiliki rentang pH yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi pH tersebut.

VII.     KESIMPULAN
Praktikan telah dapat membuat sediaan tetes mata zink sulfat dengan metode sterilisasi panas basah dan kering dengan hasil uji evaluasi yang baik jika dilihat dari parameter kebocoran dan kejernihan, tetapi pH yang kami dapatkan belum termasuk dalam rentang pH yang ditentukan.

VIII.  LAMPIRAN
IX.        ACUAN/REFERENSI PROSEDUR TETAP
1.                                                                                             1. Anonim, 2012, British Farmacopoeia 2012 online Volume III, TSO
2. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta,hal 673, 657, 510
3. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta,hal : 13998, 1039 -1040
4.  Anief, Moh., 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 153 – 157
5.  Turco, S., dkk., (1970), Sterile Dosage Forms, Lea and Febiger, Philadelphia.
6. C.Rowe, Raymond., J. Sheskey, Paul., E. Quinn, Marian, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients  sixth edition, Pharmaceutical Press, hal : 27, 242, 243, 508.
7. Fardiaz, Srikandi. 1992.Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor,Bogor
8. Anonim, 2012, Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Benar (CPOB), BPOM, Jakarta
9. Voight., buku pelajaran teknologi farmasi, hal 521-527.
10. Agoes. Goeswin., 2009, sediaan farmasi steril, penerbit ITB, bandung hal 253
11. Drs.H.T.Tan., Drs.Kirana Rahardja., 2010, obat – obat sederhana untuk gangguan sehari- hari, PT elex media komputindo, jakarta : 87
12. Anonim, 2009, British National Formulary 57, 2009, BMJ Group, 582-595