Sabtu, 15 Desember 2012

IDENTIFIKASI MIKROBA DENGAN TEKNIK PENGECATAN


By :
Karina Erlianti
Shinta Destiawan
Nurul Fitri Ramadhani
Arini Milati
Egie Andianty
Andika Wiratama


IDENTIFIKASI MIKROBA DENGAN TEKNIK PENGECATAN
A.           TUJUAN
a.      Untuk mengetahui perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negatif
b.      Mengentahui teknik pewarnaan dan pengecetan Giemsa
c.       Mengamati Plasmodium dan membedakan bentuk shizon, tropozit, dan gamet dari masing-masing plasmodium

B.            DASAR TEORI
a.    Identifikasi Mikroba dengan Teknik Pengecatan
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya (1).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri  dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (2).
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh spesies ini, disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya (3).
Dalam taksonomi mikroba alat yang paling ampuh digunakan yaitu pewarnaan Gram (Gram Stain), yang dapat digunakan untuk memisahkan anggota- anggota dominan bakteria ke dalam dua kelompok berdasarkan perbedaan dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana,dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri gram-negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih kompleks. Membran bagian luar pada dinding sel gram-negatif mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. Diantara bakteri patogen,yang menyebabkan penyakit,spesies gram-negatif umumnya lebih berbahaya dibandingkan dengan spesies gram-positif. Lipopolisakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri gram negatif sering bersifat toksik (racun), dan membran bagian luar membantu melindungi bakteri gram-negatfi patogen melawawn sistem pertahanan inangnya. Lebih jauh, bakteri gram negatif umumnya lebih resistern terhadap antibiotik dibandingkan dengan gram-positif karena membran bagian luar itu mengahalangi masuknya obat-obatan (4).
Bakteri Gram Positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan Gram. Contohnya Neisseria gonnorrhoaeae, Treponema pallidum, Vibrio Cholerae dan Bacillus subtilis. Sedangkan Bakteri Gram Negatif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda atau merah, kila diwarnai dengan pewarnaan Gram. Contohnya Propinibacterium acnes, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (5).  
Escherichia coli adalah bakteri berbentuk batang, anaerob fakultatif (dapat melakukan fermentasi ketika tidak ada oksigen, dan bisa melakukan respirasi selular secara aerob bila ada oksigen, Gram-negatif, dan non-spora. Bakteri ini memfermentasi laktosa. Bakteri ini juga katalase positif, oksidase-negatif, dan indol positif. Mereka bisa tumbuh pada kisaran suhu 7-46oC dan dapat tumbuh pada aktivitas air minimum 0,95, Suhu optimum bagi Escherichia coli adalah 37oC. Sel Escherichia coli memiliki diameter 0,5 µm dan panjangnya 1,5 µm. Escherichia coli adalah Gram-negatif dan sel prokariotik. Hal ini didasarkan pada keberadaan membran luar yang tidak bisa mengikat saat pengecatan Gram dan tiadanya keberadaan nukleus (6)..
Staphylococcus aureus (Staphylococcus pyogenes) merupakan kokus Gram positif, berbentuk lonjong atau bulat, tidak bergerak, tidak bersimpai dan tidak berspora. Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. S. aureus bersifat anaerob dan tumbuh dengan baik pada temperatur optimum 37oC dan pH 7,4. Pada perbiakan cair, S.aureus menyebabkan kekeruhan merata dan memperlihatkan pertumbuhan khas berupa endapan di dasar tabung. S. aureus merupakan salah satu kuman yang cukup kebal di antara organisme-organisme tak berspora. Tahan dipanaskan pada 60oC selama 30 menit. Sumber lain mengatakan bahwa temperatur optimum 30-37oC, range 6-48oC. Sedangkan pH optimum pertumbuhannya  6-7, pH minimum pertumbuhan 4.2 dan maksimum 9.3 (7) .

C.            Cara Kerja
a.       Identifikasi bakteri dengan teknik pengecatan gram
1.      Pembuatan preparat untuk pengecetan
Diambil gelas objek yang bersih dan steril
Dibebaskan dari lemak dengan memanaskannya diatas nyala api spiritus dengan ose steril
Diambil sedikit satu koloni bakteri, diratakan pada gelas objek dan ditipiskan
Ose sesudah dipakai mengambil bakteri harus disterilkan kembali dengan cara dipanaskan dibakar diatas api spiritus sampai membara dan disterilkan kembali sebelum dipakai.
Preparat dikeringkan diatas nyala api spiritus sambil digoyangkan (jarak preparat sampai api kira0kira 20cm) setelah kering preparat siap di cat.



2.      Cara melakukan pengecetan gram
Preparat yang sudah siap dicat, digenangi dengan cat gram A selama 1 menit. Kemudian cat dibuang dan dicuci dengan air
Preparat digenangi dengan cat gram B selama 1 menit, warna oleh bakteri menjadi lebih baik. Cat dibuang dan dicuci air.
Preparat ditetesi dengan cat gram C sampi warna cat dihilangkan selama 30 detik.
Digenangi dengan cat gram D selama 1 menit sebagai warna kontras. Preparat dicuci.
Dikeringkan diatas nyala api spiritus dan diperiksa dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100xobjektif
D.           Alat dan Bahan
Alat :
1.      Mikroskop
2.      Preparat
3.      Ose bulat
4.      Tabung reaksi
5.      Rak tabung
6.      Spiritus
Bahan :
1.      Bakteri S.aureus broth dan slant
2.      Bakteri E.coli broth dan slant
3.      Cat gram A-D
4.      NaCl 0.9%
5.      Oil imersi



E.            DATA dan HASIL
Gambar S.aureus Broth

Media broth bakteri berpencar, bentuk bulat, dan berwarna ungu kemerahan termasuk gram positif
Gambar S.aureus Slant

Media slant bakteri membentuk gumpalan atau koloni, bulat2 kecil, dan berwarna ungu kemerahan, termasuk gram positif




F.             PEMBAHASAN
            Pada praktikum ini melakukan percobaan pewarnaan dan pengecatan gram yang bertujuan dapat membedakan gram positif dan gram negatif pada S. aureus dan E.coli. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
Adapun zat-zat warna yang digunakan dalam pewarnaan gram ini digolongkan menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4 -, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah
Proses pewarnaan gram, pertama harus mensterilkan gelas obyek terlebih dengan alkohol dahulu ini bertujuan supaya terbebas dari lemak dan debu yang masih menempel pada dinding gelas obyek tersebut. Kemudian di beri aquades satu tetes pada permukaan gelas obyek. Setelah itu bakteri di ambil dan diratakan di atas gelas obyek. Saat pengambilan bakteri hanya sedikit yang di ambil karena akan sulit diratakan apabila terlalu banyak maka bakteri akan tertimbun yang mana akan mengakibatnya bakteri menjadi tidak tampak.
Setelah itu dikeringkan dan dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan diatas nyala api. Proses fiksasi dilakukan supaya bakteri benar-benar melekat pada kaca obyek sehingga olesan bakteri tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses fiksasi yaitu bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api. Setelah dilakukan fiksasi kemudian ditetesi dengan kristal violet dan dibiarkan. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan sampai kering (dengan cara dianginkan). Ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan zat warna dari violet kristal. Setelah kelebihan zat warna dicuci dengan air kemudian diberi larutan iodin dan dibiarkan sehingga terbentuk suatu kompleks antara violet kristal dan iodin. Kemudian oleskan bakteri dan dicuci kembali dengan air mengalir.
Pewarnaan selanjutnya dengan menggunakan safranin dan diamkan. Kemudian cuci dengan air mengalir dan kering dianginkan, kemudian diamati dibawah mikroskop.
Setelah pemberian kristal violet pada bakteri gram positif menunjukan  warna ungu. Karena bakteri gram positif mengandung protein. Sedangkan pada bakteri negatif menunjukan warna merah karena mengandung lemak dengan presentasi yang lebih tinggi dan mempunyai dinding selnya yang tipis
Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Perbedaan  bakteri gram positif dan gram negatif dapat dikategorikan dengan ciri-cirinya, dimanabakteri gram negatif yaitu:
1. Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
2. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam.
3. Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
4. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
5. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
6. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
7. Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
8. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat.
9. Peka terhadap streptomisin.
10. Toksin yang dibentuk Endotoksin.
 Sedangkan ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
1. Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
2. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
3. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6. Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
7. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut.
8. Tidak peka terhadap streptomisin.
9. Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
 Hasil pewarnaan gram bakteri positif menunjukan adanya warna.
Kelebihan dan kekurangan pengecatan gram
Kelebihan :
1.      Pengecatan gram penting sebagai pedomana awal untuk memutuskan terapi antibiotik,sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antimikroba
2.      Kadang-kdang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna  diagnostik

Kekurangan: Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme.

G.           KESIMPULAN
1.      Bakteri gram positif memiliki kandungan lemak yang ditandai warna ungu sedangkan gram negatif memiiki kandungan lemak yang rendah yang ditandai dengan warna merah. Bakteri S.aureus adalah gram positif, bakteri E.coli adalah gram negatif
2.      Teknik pengecatan yang baik dilakukan berdasarkan langkah yang benar, pengecatan dilakukan dengn teliti tidak boleh sampai terjadi penukaran pengecatan karna mempengaruhi hasil. Dan dapat mengetahui golongan atau jenis bakteri termasuk gram positif atau gram negatif.
3.      Pengamatan bakteri gram positif (S.aureus) warna ungu, bentuk coccus, dan susunan seperti buah anggur. Sedangkan gram negatif (E.coli) warna merah, bentuk batang.



H.           DAFTAR PUSTAKA
1.      Lay, Bibiana W.,1994, Analisis mikroba di laboratorium, PT. Raja Grafindo, Jakarta, hal. 13
2.      Jawetz, Melnick, Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
3.      Prescott, Harley, Klein’s. 2008. Microbiology 7th edition. Boston : Published by McGraw-Hill
4.      Campbell,Nell A dan Jane B, Reace, 2003, Bilogi ed Kelima Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
5.      Aryulina,Diah dan Choirul Muslim, 2004, Biologi SMA dan MA untuk kelas X, Penerbit Erlangga, Jakarta
6.      Atlas, Ronald M. 1995. Principles of Microbiology. St. Louis, MO: Mosby-Year Book.
7.      Bremer PJ, et.al. 2004. Staphylococcus aureus. New Zealand: New Zealand Institute for Crop & Food Research Limited.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar