Sabtu, 06 April 2013

PENETAPAN KADAR TARTRAZINE DALAM SAMPEL MINUMAN NUTRISARI DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI


PENETAPAN KADAR TARTRAZINE DALAM SAMPEL MINUMAN NUTRISARI DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI

A.      Tujuan
1.    Melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif zat pewarna tartrazine pada sampel minuman.
2.    Melakukan validasi metode dengan parameter berupa batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ).

B.       Latar Belakang
Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan salah satunya adalah Tartrazine. Tartrazine secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan dan kosmetika yang sangat menguntungkan, karena dapat dengan mudah dicampurkan untuk mendapatkan warna yang ideal(1)
Tartrazine merupakan suatu senyawa pewarna yang umum digunakan serta memiliki warna kuning jingga. Tartrazine mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol 50% serta mudah larut dalam gliserol dan glikol. Senyawa ini juga terhadap asam asetat, HCl, NaOH 10%. Rumus bangunnya, yaitu :
(2).
Kromatografi Lapis Tipis Densitometri adalah cara penetapan kadar suatu senyawa dengan mengukur kerapatan bercak dari senyawa yang bersangkutan yang telah dipisahkan dengan KLT, menggunakan alat KLT densitometer atau TLC scanner. Pada umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan terhadap kerapatan sediaan bagus senyawa yang bersangkutan, yang juga dielusi dalam satu lempeng yang sama(3).
Penetapan kadar tartrazine dapat dilakukan dengan KLT-Densitometri. Metode KLT berfungsi untuk analisis kualitatif dengan cara memisahkan tartrazine dari campurannya dalam sampel. Kemudian hasil pemisahan tersebut dianalisis secara kuantitatif dengan densitometri untuk memperoleh kadar tartrazine dalam sampel(4).
Tartrazine dapat dianalisis secara kuantitatif dengan densitometri, karena tartrazine memiliki kromofor dan auksokrom yang bertangggung jawab dalam penyerapan cahaya pada panjang gelombang 423 nm. Sinar yang menscanning bercak tartrazine pada plat KLT akan diserap oleh tartrazine yang kemudian akan dipantulkan menuju detektor sehingga detektor akan membaca pantulan dari Radiasi Elektro Magnetik (REM)(5).
Analisis kadar tartrazine dalam sampel nutrisari perlu dilakukan untuk mengetahui apakah minuman nutrisari serbuk yang sedang beredar di pasaran mengandung zat pewarna tartrazine dalam batas yang diizinkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Di mana menurut SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 ditetapkan bahwa zat warna yang diizinkan dalam makanan adalah 0,3mg/g(6).
C.    Dasar Teori
Zat warna sintesis
Menurut trenggono tahun 1994, zat warna sintesis sampai kini sudah mencapai sekitaran 2000 macam, tetapi hanya beberapa saja yang diijinkan digunakan untuk mewarnai makanan yaitu yang termasuk dalam FD & C (food Drugs and Cosmetics). Pada saat FDA (Food and Drugs Administration) untuk pertama kali member daftar zat warna yang diijinkan untuk mewarnai  makanan, kesemuannya ada 7 macam dan seterusnya bertambah lagi 15 macam. Tahun 1942 telah terdapat 18 zat warna yang termasuk dalam daftar FD & C dan akhirnya pada tahun 1950 kesemuannya menjadi 19. Hingga kini terus mengalami perkembangaan teknologi.
Menurut pemerintah, zat pewarna sintesis yang aman dan diperbolehkan untuk produk makanan dan minuman adalah alkanet untuk merah, annatte untuk kuning, klorofil untuk hijau, dan caramel untuk coklat, violet GB untuk ungu, dan brilliant blue FCF untuk warna biru (7).
Tartrazine dengan nama lain tartrazol yellow, joune tartrique, CI food yellow 4, Colour index No. 19140, FD & C yellow No 5, dengan rumus kimia C16H9O9N4S2Na3 dan berat molekul 534,39. Tartrazine merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut dalam air, dengan larutannya berwarna kuning keemasan. Tartrazine mempunyai struktur sebagai berikut :
Brillian Blue dengan nama lain biru berlian, FCF, CI Food Blue 2 mempunyai rumus C37H34N2Na2O9S3  dan berat molekul 792,98. Brilliant blue merupakan tepung berwarna ungu perunggu. Bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan. Dengan gambar struktur dibawah ini :
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 ditetapkan bahwa zat warna yang diizinkan dalam makanan dan minuman adalah300 mg/kg atau 0,3  mg/g (8).

KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (unfirom) pada permukaan bidang datar bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbka dari kromatografi kolom.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending).
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (9).
Kromatografi lapis tipis atau KLT merupakan metode pemisahan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam) , ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak) , pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi). (10,11)


Fase gerak
Fase gerak adalah media angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak didalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Pengembangan adalah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Pemilihan pelarut pengembangan atau pelarut pengembang campur sangat dipengaruhi oleh macam dan polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan.
Kromatogram pada plat KLT akan nampak setelah visualisasi dengan cara fisika dan kimia. Noda kromatogram tiap-tiap komponen yang terpisah setelah visualisasi tampak sebagai noda yang bulat apabila terjadi proses pemisahan dengan baik.
Identifikasi senyawa yang tak berwarna pada kromatogram dilakukan dibawah lampu UV (254 dan 366 nm) yang ditandai dengan ada atau tidaknya fluoresensi. Untuk menampakkan senyawa yang hampir tidak nampak atau nampak lemah dibawah lampu UV, digunakan bahan penyemprot. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka atau Rf atau hRf, yaitu :
Rf =  Jarak titik pusat bercak dari titik awal
   Jarak garis depan titik awal                (11).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhui harga Rf :
a.  Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
b. Sifat dari penjerap dan derajat aktivitasnya.
c.  Tebal dan perataan dari lapisan penjerap.
d. Pelarut ( dan derajat kermuniannya) fase bergerak.
e.  Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
f.  Teknik percobaan
g. Jumlah cuplikan yang digunakan
h. Suhu
i.   Kesetimbangan (12).


KLT- Desitometri
Densitometri adalah metode analisis instrumental yang berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan noda pada KLT. Interaksi radiasi elektromagnetik dengan noda KLT yang ditentukan adalah absorpsi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi semula. Densitometri lebih dititik beratkan untuk analisis kuantitatif analit-analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Densitometri merupakan metode penetapan kadar suatu senyawa pada lempeng kromatografi , menggunakan instrumen TLC scanner, pengukuran dilakukan dengan cara mengukur serapan analit (cahaya yang diukur dapat berupa cahaya yang dipantulkan atau yang diteruskan), pemadaman fluoresensi untuk lapisan yang mengandung bahan berfluorsensi analit atau hasil eaksi analit. (13)
Densitometri adalah alat pelacak kuantitatif yang sangat terkenal.  Alat ini dilengkapi dengan spektrofotometer yang panjang gelombangnya dapat diatur dari 200-700 nm. Alat tersebut dinamakan TLC Scanner. Teknik penggunaannya didasarkan pada pengukuran sinar yang diteruskan, diserap dan dipantulkan atau yang dipendarkan. Sinar yang dipantulkan mengalami hambatan oleh pendukung lempeng dan keseragaman fase diamnya. Sinar yang dipantulkan dengan arah yang sudah pasti menuju bercak, maka arah pantulannya sehingga dapat dipantau jumlah sinar yang diserap. Sinar ini sangat sensitif, maka untuk setiap senyawa dapat dicari dengan serapan maksimalnya. Susunan optik densitometer ini tidak banyak berbeda dengan spektrofotometer tetapi pada densitometer digunakan alat khusu yaitu reflection photomultiflier, sebagai pengganti photomultiflier pada spektrofotometer yang dapat memperbesar tenaga beda potensial listrik sehingga mampu menggerakkan integrator (14)
 S. LEVI dan R. Reisfeld telah mengangkat metode densitometri ke tingkat analisis kualitatif ultrmikro. Prinsipnya analisis kuantitatif dengan metode densitometri hampir sama dengan spektrofotometri.
Penentuan kadar anlalit yang dikorelasikan dengan area noda plat KLT akan lebih terjamin kesahihannya dibanding metode KCKT atau KGC, sebab area noda kromatogram diukur pada posisi diam atau “zig-zag” menyeluruh. Korelasi kadar analit pada noda kromatogram yang dirajah terhadap area tidak menunjukkan garis lurus, akan tetapi merupakan garis lengkung mendekati parabola (mulja,1985).

D.      Metode Percobaan
1.      Alat
a.       Chamber
b.      Densitometer
c.       Labu ukur 10 ml
d.      Labu ukur 1000 ml
e.       Labu ukur 25 ml
f.       Pipet tetes
g.      Pipet ukur 10 ml
h.      Pipet ukur 5 ml
i.        Pro pipet

2.      Bahan
a.       Aquades
b.      Fase gerak etanol : n-butanol : air (8:3:1)
c.       Kertas saring
d.      Metanol
e.       Sampel ( 1 bungkus Nutrisari 14 g)
f.       Silika gel GF254
g.      Standard tartrazine

3.      Cara Kerja
a.       Pembuatan eluen / fase  gerak

b.      Preparasi sampel

c.       Pembuatan Larutan Seri Kadar

d.      Optimasi Panjang Gelombang Maksimal

e.       Penetapan Kadar Sampel

4.      Perhitungan Pengenceran Seri Kadar
Standard tartrazine  =  = 1000 ppm
a.       Seri Kadar 200 ppm
             V1 × M1             = V2 × M2
    x  × 1000 ppm = 10 ml × 200 ppm
                         x  = 2 ml
b.      Seri Kadar 400 ppm
        V1 × M1             = V2 × M2
    x  × 1000 ppm = 10 ml × 400 ppm
                         x  = 4 ml
c.       Seri Kadar 600 ppm
        V1 × M1             = V2 × M2
    x  × 1000 ppm = 10 ml × 600 ppm
                         x  = 6 ml
d.      Seri Kadar 800 ppm
        V1 × M1             = V2 × M2
    x  × 1000 ppm = 10 ml × 800 ppm
                         x  = 8 ml
e.       Seri Kadar 1000 ppm
        V1 × M1             = V2 × M2
    x  × 1000 ppm = 10 ml × 1000 ppm
                         x  = 10 ml
Data Hasil
Kadar ( ppm )
Rf
AUC
Yi
( Y- Yi )
( Y – Yi ) 2
200
1.53
9444.4
6967.94
2476.46
6132854.132
400
1.56
5061.2
8985.34
-3924.14
15398874.74
600
1.53
13067.1
11002.74
2064.36
4261582.21
800
1.51
10757.6
13020.14
-2262.54
5119087.252
1000
1.53
16683.1
15037.54
1645.56
2707867.714
Sampel 1
1.51
12720.6

Ʃ = 33620266.05
Sampel 2
1.51
12699.0



Sampel 3
1.51
17005.1



Y = bx + a
a = 4950.54
b = 10.087
r = 0.74
Perhitungan Yi
Yi ( 200 ppm ) = 10.087 (200) + 4950.54
                        = 2017.4 + 4950.54
                        = 6967.94
Yi (400 ppm)   =  10.087 (400) + 4950.54
                        = 4034.8 + 4950.54
                        = 8985.34
Yi (600 ppm)   = 10.087 (600) + 4950.54
                        = 6052.2 + 4950.54
                        = 11002.74
Yi (800 ppm)   =  10.087 (800) + 4950.54
                        = 8069.6 + 4950.54
                        = 13020.14
Yi (1000 ppm) =  10.087 (1000) + 4950.54
                         = 10087 + 4950.54
                         = 15037.54

Data Hasil Sampel
Kadar (ppm)
Rf
AUC
Xi ( ppm )
(X rata-rata - Xi)
(X rata-rata - Xi)2
Sampel 1
1.51
12720.6
770.304
140.871
19844.638
Sampel 2
1.51
12699.0
768.163
143.012
20452.432
Sampel 3
1.51
17005.1
1195.058
-283.883
80589.557





Ʃ = 40295.54

Perhitungan Xi
Sampel 1
 Y =   10.087 (X1) + 4950.54
12720.6 = 10.087 (x1) + 4950.54
12720.6 – 4950.54 = 10.087 x1
7770.06 = 10.087x1
X1 = 770.304 ppm
Sampel 2
Y =   10.087 (X2) + 4950.54
12699.0 = 10.087x2 + 4950.54
12699.0 – 4950.54 = 10.087x2
7748.46 = 10.087x2
X2 = 768.163 ppm
Sampel 3
Y =  10.087 (X2) + 4950.54
17005.1 – 4950.54 = 10.087  x3
12054.56 = 10.087 x3
X3 = 1195.058 ppm

X rata – rata = 770.304 + 768.163 + 1195.058 = 911.175 ppm
                                    3
                     = 911.175 mg / 1000 ml
% kadar  =  911.175 mg / 1000 ml x 100 %  = 0.456 %
                       2000 mg / 10 ml

Kadar tartrazine dalam bungkus minuman
0.456 %        x 14000 mg =  63.84 mg/14 gram
       100 %

Validasi Metode
Sy / x = akar Ʃ ( y – yi )2 / n – 2
          = akar 33620266.05 / 5 – 2
          = akar 11206755.35
          = 3347.645
SD = akar Ʃ (X rata-rata - Xi)2 / n – 1
      = akar 120886.627 / 3 – 1
      = akar 60443.3135
      = 245.852
LOD = 3.3 ( Sy / x ) : b
          = 3.3 (3347.645) : 10.087
          = 1095.1967
LOQ = 10 ( Sy / x ) : b
          = 10 (3347.65) : 10.087
          = 3318.78
RSD = SD / X rata-rata x 100 %
         = 245.852 / 911.175 x 100 %
         = 26.98 %

E.     Referensi
1.      Dixit, S. Pandey R. C., Das M and Khanna S. K., Food Quality Surveillance On Colours In Eatables Sold In Rural Market Of Uttar Pradesh, Journal Food Science Technology, 1995; 32:375-376.
2.      Manurung, E., 2010, Analisa Kadar Tartrazine dan Susnset Yellow dalam serbuk Minuman Nutrisari dengan Metode Spektrofotometri, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 4.
3.      Supardjan, A. M., 1998, Pemisahan dan Penetapan Kadar Tetrasiklin dengan Metode KLT-Densitometri, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Jodjakarta.
4.      Florena, D. and Gergen I., Separation And Identification Of Same Synthetic Food Colorants From Food Trough Thin Layer Cromatography UV-Vis Spectrometry, Journal Of Agroalimentary Processes And Technologies, 2011; 17 (1): 46-53.
5.      Department Of Chemistry, Thin Layer Cromatography In Food And Agricultural Analysis, Journal Of Cromatography, 2000; 1 (40): 129-147.
6.      Arisman, 2008, Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran Gizi, 50.
7.      Kris. 2004. Mewaspadai Zat Pewarna Makanan. www.google.com
8.      Manurung Eviana, 2010, Analisa Kadar Tartrazine dan Sunset Yellow dalam Sebuk Minuman Nutrisari dengan Metode Spektrofotometri, skripsi, hal : 8
9.      Gandjar, Ibnu Ghalib dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka  Pelajar,  Yogyakarta.
10.  Mulja M., Suharman, 1995, Analis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya hal 223-232
11.  Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung , hal 3-17.
12.  Sastrohamidjojo, H., 1991, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hal 28, 30, 34-36.
13.  Touchstone, JC., Rogers, D., 1980, Thin Layer Chromatography Quantitative Enviromental and Clinical Application, A Willey Intenscience Publication, John Willey & Sons, New York, 99-113.
14.  Sumarno, 2002, Kromatografi Teori dan Petunjuk Praktikum, Bagian Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadja Mada, Jogjakarta, hal 57-61




1 komentar: